CLOCK |
|
CALENDAR |
|
COMMENTS |
|
Yahoo! Messenger |
|
|
|
Tema Makalah LK II Untuk Komisariat Selingkungan HMI Cabang Padang |
Jumat, 15 Oktober 2010 |
NO | Nama Komisariat | Tema Makalah | 1 | HMI Komisariat Adab IAIN IB | Arkeologi Intelektual HMI dan Upaya Membangun Manusia Indonesia Seutuhnya | 2 | HMI Komisariat Baiturrahmah | HMI dan Perannya Dalam Membangun Manusia Indonesia | 3 | HMI Komisariat Dakwah IAIN IB | Islam dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan | 4 | HMI Komisariat Ekonomi Unand | Teologi dan Teknologi | 5 | HMI Komisariat Hukum Unand | Menggagas Model Kepemimpinan Indonesia Di Masa Depan, Untuk Indonesia Lebih Baik | 6 | HMI Komisariat IE UNP | Peran Media Masa dalam Pembangunan Pendidikan | 7 | HMI Komisariat IP MIPA UNP | Pemuda dan Dinamika Perubahan Sosial; Mempertanyakan Sensitifitas dan Daya Kritis Pemuda | 8 | HMI Komisariat IS UNP | Rekonstruksi Kultur Intelektual dan Profesionalitas Kader; Sebuah Kajian atas Kondisi Kekinian HMI | 9 | HMI Komisariat ISIP Unand | Menyoal Arah Kebijakan Pendidikan Indonesia; Solusi atas Tingginya Angka Pengangguran Terdidik | 10 | HMI Komisariat ITP | Peran Lembaga Perwakilan Rakyat Dalam Pengembangan Pendidikan di Indonesia | 11 | HMI Komisariat Kedokteran Unand | Membaca Ulang Peran Kaum Intelektual Ranah Minang di Indonesia | 12 | HMI Komisariat MIPA Unand | Islam, Terorisme dan Penanganannya; Memadupadankan Peran Masyarakat, Ulama dan Pemerintah | 13 | HMI Komisariat Pertanian Unand | Membangun Kemandirian Kaum Muda | 14 | HMI Komisariat Peternakan Unand | Mengurai Benang Kusut Kebijakan Publik: Antara Kepentingan Elit dan Jeritan Rakyat. | 15 | HMI Komisariat Proklamator UBH | HMI Dulu, Sekarang dan Nanti; Peran dan Posisinya Bagi Kemajuan Bangsa | 16 | HMI Komisariat Sastra Unand | HMI dan Kemajuan Kebudayaan Bangsa; Menyoal Kontroversi Penyelenggaraan Kongres Kebudayaan Minangkabau | 17 | HMI Komisariat STKIP PGRI | Arkeologi Intelektual HMI dan Upaya Membangun Manusia Indonesia Seutuhnya | 18 | HMI Komisariat Syariah IAIN IB | HMI dan Perannya Dalam Membangun Manusia Indonesia | 19 | HMI Komisariat Tarbiyah IAIN IB | Islam dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan | 20 | HMI Komisariat Teknik Unand | Teologi dan Teknologi | 21 | HMI Komisariat Texas UNP | Menggagas Model Kepemimpinan Indonesia Di Masa Depan, Untuk Indonesia Lebih Baik | 22 | HMI Komisariat UMSB | Peran Media Masa dalam Pembangunan Pendidikan | 23 | HMI Komisariat UPI | Pemuda dan Dinamika Perubahan Sosial; Mempertanyakan Sensitifitas dan Daya Kritis Pemuda | 24 | HMI Komisariat Ushuluddin IAIN IB | Rekonstruksi Kultur Intelektual dan Profesionalitas Kader; Sebuah Kajian atas Kondisi Kekinian HMI | |
posted by HMI CABANG PADANG @ 10.56 |
|
|
PENGANGGURAN TERDIDIK |
Senin, 11 Oktober 2010 |
RENO FERNANDES (Ketua Bidang Partisipasi Pembangunan Daerah HMI Cabang Padang)
Sangat mengherankan Jumlah penganggur terdidik di Indonesia setiap tahun terus bertambah. Data Biro Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jumlah sarjana (S-1) pada Februari 2007 sebanyak 409.900 orang. Setahun kemudian, tepatnya Februari 2008 jumlah pengangguran terdidik bertambah 216.300 orang atau sekitar 626.200 orang. Jika setiap tahun jumlah kenaikan rata-rata 216.300, pada Februari 2012 terdapat lebih dari 1 juta pengangguran terdidik. Belum ditambah pengangguran lulusan diploma (D-1, D-2, D-3) terus meningkat. Fenomena ini tentunya terasa lucu jika kita beracuan kepada tujuan pendidikan nasional yakni: “Pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa; Melalui pendidikanlah bangsa akan tegak mampu menjaga martabat. Dalam UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, disebutkan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Wajah Perguruan Tinggi dan Mahasiswa
Banyaknya pengangguran terdidik di Indoensia disebabkan beberapa hal. Pertama, kompetensi lulusan yang masih rendah. Kedua, tidak sesuai kebutuhan dunia kerja. Berbagai gelar kesarjanaan yang disandang tidak mempunyai peluang kerja strategis sehingga tumpukan sarjana tidak tersalurkan secara seimbang. Ketiga, adanya program studi yang jumlah lulusannya sudah terlalu melimpah. Akhirnya, mereka menumpuk dalam stok ”cuci gudang” yang tidak laku dalam bursa lapangan kerja. Keempat, paradigma job oriented. Belajar di kampus sekadar dimaknai sebagai pencarian kerja sehingga proses belajar yang dijalani tidak begitu serius, asal lulus sebagai syarat formalitas mencari kerja. Itu merupakan persoalan paling mendasar dalam konteks tragedi pengangguran kaum terpelajar di Indonesia. Dari beberapa penyebab diatas dapat kita klarisifikasi menjadi 2 bagian, Pertama, penggangguran yang disebakan oleh Perguruan Tinggi. Beberapa tahun belakangan ini banyaknya perguruan tinggi baru bermunculan baik swasta ataupun negeri dengan berbagai macam jurusan baru di perguruan tinggi. Kondisi seperti ini tambah diperparah dengan semakin banyaknya jalur masuk menjadi mahasiswa. Baik jalur UMB, SNPTN, Sampai jalur ekstensi, atau Non Reguler (Jalur masuk ke perguruan tinggi negeri yang dikelola oleh perguruan tinggi negeri yang bersangkutan). Kondisi inipun diperparah lagi dengan semakin banyaknya penerimaan mahasiswa di PTN Swasta ataupun Negeri. Penerimaan mahasiwa yang dilakukan oleh perguruan tinggi tidak pernah memikirkan kemana masiswa ini mau dilempar setelah menjadi sarjana. Atau lebih tepanya Perguruan Tinggi tidak bertanggung jawab atas apa yang di perbautnya. Kedua, Pengganguran yang disebabkan oleh orientasi mahasiswa. hal ini merupakan hal yang sangat mendasar terciptanya pengganguran terdidik di Negeri ini. Paradigma yang berorientasi job oriented telah menjadikan mahasiswa sebagai ”Calon Buruh-buruh terdidik” sehingga dalam menerima materi pembelajaran dari kampus, mereka tidak mampu membaca secara kritis dan tidak melakukan eksperimentasi kritis yang eksperimental dalam kajian keilmuan yang ditekuninya. Hasilnya adalah peserta didik yang ‘bergentayangan mencari kerja, tak tahu arah dan orientasi keilmuan yang menjadi disiplin belajarnya.
Pengaruh Kuliah-Pulang
Selama ini, seperti pengalaman yang saya jumpai semasa masih mahasiswa, Kawan-kawan mahasiswa datang ke kampus hanya untuk mengikuti rutinitas perkuliahan. Namun di luar itu, waktu senggangnya hanya diisi dengan kegiatan nongkrong sambil bicara ngalor ngidul dengan sesama temannya. Sementara untuk sekedar meluangkan waktu berkunjung ke perpustakaan sebagai gudang ilmu tak sempat dilakukan. Waktu luangnya pun tidak untuk digunakan dengan diisi berbagai kegiataan bermanfaat seperti aktif di organisasi, mengikuti berbagai seminar atau forum kajian ilmiah yang termasuk kegiatan positif. Yang terjadi semasa mahasiswa hanya bersenang-senang dan tak mempedulikan tujuannya untuk mendapatkan ilmu bermanfaat sebagai bekal mengarungi dunia kerja setelah meraih titel sarjana. Hal inilah yang menjadi penyebab ketika sudah mengantongi gelar akademik yang cukup bergengsi sekali pun sering terjadi seseorang masih kesulitan mendapatkan kerja sebab tak punya skill mumpuni yang menjadi tuntutan mutlak dunia kerja. Jika seperti itu, tak ada lagi yang bisa diperbuat karena semuanya sudah terlambat. Dan kondisi itu yang sekarang ini dialami banyak sarjana ketika memasuki dunia kerja dengan modal ijazah semata, yang membuat pengangguran bertambah. Di waktu bersamaan, banyak pula perusahaan yang kesulitan mendapat tenaga kerja akibat minimnya skill yang dimiliki tenaga kerja. Disisi lain orientasi pendidikan yang menekankan pada penyiapan kerja juga menyebabkan pengangguran sarjana meningkat karena rendahnya daya serap bursa kerja dalam arti khusus. Kesalahan orientasi ini pula banyak sarjana yang mempunyai tujuan untuk menjadi PNS atau bekerja pada perusahaan maupun institusi-institusi. Mereka rela menganggur sampai beberapa saat untuk memperoleh pekerjaan yang dianggap sesuai hingga kesana kemari dalam pengajuan. Semoga di Hari Sarjana Nasional pada tanggal 29 September 2010 ini Para sarjana Indonesia memaknai Fungsi dan Perannya. Yakin Usaha Sampai
Tulisan Ini Dimuat di Harian Singgalang, Sabtu 2 Oktober 2010
|
posted by HMI CABANG PADANG @ 03.33 |
|
|
Nan Mudo di antara “Ancang-ancang” dan “Ancaman” |
Minggu, 10 Oktober 2010 |
Mengutip apa yang dikatakan oleh the founding father bangsa ini Ir. Soekarno “ Beri aku 10 Pemuda maka akan kuguncang dunia” pernyataan ini menyiratkan makna bahwa pemuda adalah salah satu elemen penting yang dapat membawa perubahan bangsa ini. Keberadaan generasi muda sangat berpengaruh di seluruh pelosok negeri ini. Tidak hanya Ir Soekarno bahkan di Minangkabau anak muda juga mendapat posisi yang sangat diagungkan masyarakat dan menjadi harapan hal ini dibunyikan dalam pepatah minangkabau “Nan mudo pambimbiang dunia, nan capek kaki ringan tangan, acang-acang dalam nagari” yang artinya, Pemuda harapan bangsa ditangan pemuda terletak maju mundurnya bangsa dimasa depan.
Secara konseptual, berbagai defenisi berkibar akan makna kata pemuda. Baik ditinjau dari aspek aspek biologi; aspek budaya; aspek agama; aspek hukum dan politik; serta aspek fisik maupun phisikis, siapa yang pantas disebut pemuda? apakah pemuda itu identik dengan semangat atau usia?
Kementrian Pemuda dan Olahraga mengatakan bahwa cakupan umur pemuda berkisar 15-30 tahun. Sedangkan WHO menggolongkan usia pemuda 10-24 tahun. Contoh lain di Kanada dimana negara tersebut menerapkan bahwa “setelah berumur 24 tahun seseorang tidak diangap lagi sebagai pemuda”, namun sudah diwajibkan untuk bertanggungjawab dalam kehidupannya. Berbeda dengan defenisi yang ditunjukkan oleh Al-Quran, pemuda disebut dalam ungkapan sikap dan sifat (asy-syabab) seperti:
- Berani merombak dan bertindak revolusioner terhadap tatanan sistem yang rusak. Seperti alkisah Nabi Ibrahim.as (Qs. Al-Anbiya, 21:59-60).
- Memiliki standar moralitas (Iman), berwawasan, optimis, dan teguh dalam pendirian serta konsisten dalam dengan perkataan. Seperti tergambar pada kisah pemuda menghuni gua (Qs.Al Kahfi: 13-14).
- Pantang Mundur sebelum cita-citanya tercapai. Seperti pribadi Nabi Musa.as (Qs. Al-Kahfi: 60).
Jadi kata pemuda merupakan identitas potensial, identik sebagai individu yang berusia produktif dan mempunyai kharakter khas. spesifiknya yaitu revolusioner, optimis, berpikir maju dan memiliki moralitas. Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani berbagai macam harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan. Sebagai generasi penerus kaum muda selalu dituntut untuk meningkatkan kualitasnya di berbagai dimensi kehidupan, utamanya dalam dua hal yang dipandang sangat penting yakni, moral dan intelektual.
Dalam perjalanan sejarah di ranah minang, pembentukan kepribadian setiap warga minangkabau dititikberatkan atau bersandar sepenuhnya kepada mamak dan niniak mamak, seperti dalam kutipan pepatah; “kamanakan baraja kamamak, mamak baraja ka penghulu, penghulu (pemimpin dalam nagari) baraja ka alua jo patuik”. Oleh sebab itu anak muda minang (Anak lelaki yang sudah akil balig) dahulunya “diperintahkan” oleh orang tuanya untuk tidur dan belajar di sebuah “lembaga” yang digunakan mamak dan para niniak mamak untuk mendidik dan membina kemenakannya, yang akrab kita dengar sekarang dengan sebutan“surau”.
Hal ini menyebabkan surau menjadi instrumen utama dalam pengembangan moral dan intelektual manusia minang tempo dulu. Surau diranah minang bukan hanya tempat mengadakan ritual keagamaan, tetapi “wadahnya” para pemuda minang untuk balajar agama, adat, dan keterampilan hidup.
Dalam kehidupan dan Pendidikan surau eksistensi individu dihargai dan dihormati dalam batas-batas kebersamaan sesuai dengan pepatah minang, “lamak di awak katuju di urang” (enak bagi kita, enak pula bagi orang lain) dan, output yang ingin dicapai adalah, terbinanya pemuda minang yang memiliki talenta seperti: eksistensi diri, kecakapan dalam adaptasi diri, komunikasi, mimilah masalah, memilih masalah, mengambil keputusan, kecakapan sosial, dan kecakapan personal yang tidak lepas dari kultur minagkabau yakni, “adat basandi syara’, syara’ basandi Kitabullah”.
Melalui pendidikan yang diterapkan urang minang dahulunya banyak melahirkan pemikir-pemikir minang diberbagai lini kehidupan. Sebut saja H. Agus Salim, Tan Malaka, Mohammad Hatta, HAMKA, Syeh Djamil Djambek, Muhammad Yamin, Nazir Sutan Pamuntjak dan sederatan tokoh nasional yang dilahirkan dari rahim pendidikan “berbasis Surau” dibumi Minangkabau. Akhir-akhir ini banyak kecemasan terhadap generasi muda minag yang dipersepsikan kian sulit menggapai masa depan yang lebih baik, dan sekaligus juga tidak memiliki karakter, jati diri, dan yang lebih mengiris hati kita dekadensi (kemerosotan) moral kawula muda saat ini yang sudah mencapai titik mengkhawatirkan. Terjadinya pelanggaran norma-norma sosial yang dilakoni para muda-mudi minang merupakan masalah terpenting masyarakat minang secara keseluruhan, sehingga dapat mempengaruhi masa depan bangsa dan negara.
Salah satu bukti dekadensi moral pemuda minang, meningkatnya penyebaran virus HIV/AIDS di Sumatera Barat. Dalam beberapa penelitian jalur penyebaran penyakit “kutukan” ini paling efektif menyebar lewat hubungan seks. Baik antara laki-laki dengan wanita maupun yang abnormal (homoseksual/lesbian). Dan celakanya, saat ini memang seks bebas sedang menjadi “primadona” dalam pergaulan pemuda.
Selain hubungan seks, AIDS juga dapat menyebar melalui memakai napza/narkoba suntik bersama-sama. Sekarang tercatat pasien HIV/AIDS yang dirawat dirumah sakit M.Djamil Padang sudah mencapai 4 ratus orang lebih dan 162 orang dinyatakan meninggal dunia. Masyarakat yang terjangkit Penyakit “kutukan” ini kebanyakan berusia produktif yaitu usia 20 sampai 40, yang berarti pemuda.
Sebenarnya, pemuda mempunyai peran strategis dalam mencegah HIV/AIDS, karena pada diri pemuda mempunyai peran ganda dalam soal HIV/AIDS. Satu sisi pemuda adalah pelaku (subjek) dalam peran mencegah HIV/AIDS, Karena generasi muda minang diibaratkan sebagai “pambimbiang dunia, ancang-ancang dalam nagari” dalam artian pemuda minang adalah ruh bagi setiap tubuh komunitas atau kelompok; baik itu dalam ruang lingkup kecil ataupun lingkungan yang lebih luas. Pada sisi lain, pemuda adalah sasaran (objek) dari penginap HIV/AIDS, yang menjadi “ancaman” bagi bumi Minangkabau.
Untuk itu, pengkajian akan faktor yang melatarbelakangi terjadinya dekadensi moral pada generasi muda adalah langkah bijak yang semestinya dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat minangkabau, terutama para orang tua, niniak mamak, alim ulama, penghulu dan cadiak pandai. Semoga generasi muda minang memaknai fungsi dan perannya sebagai “Nan mudo pambimbiang dunia, nan capek kaki ringan tangan, acang-acang dalam nagari”. Yakin Usaha Sampai..
by: Fuad Nari (Ketua Bidang Pembinaan Anggota Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Padang)
Dimuat oleh Harian Singgalang, Minggu 10 Oktober 2010
|
posted by HMI CABANG PADANG @ 12.24 |
|
|
Undangan Terbuka |
Rabu, 14 Juli 2010 |
Assalamuikum. wr.wb
Mohon Kiramya kehadiran kakanda, saudara/i dalam acara peringatan isra' dan mi'raj nabi besar Muhammad SAW dan Penyambutan bulan suci Ramdhan 1431 H Pada: Hari: Kamis waktu : 15 JULI 2010 pukul 19.00 wib- selesai Tempat : Masjid AL-MUQAMMAH ujung pandan (samping wisma HMI Cabang Padang) pemateri : Buya Prof. Dr. H. Syamsul Bahri Khatib. MA (Ketua MUI Padang) Acara : Diskusi dan Ceramah
Kerjasama : HMI Cabang Padang dan Remaja Masjid AL-MUQAMMAH ujung pandan |
posted by HMI CABANG PADANG @ 09.06 |
|
|
Berita Duka |
|
Keluarga Besar HMI Cabang Padang durut berduka cita atas berpulangnya kerahmatullah orang tua dari Ayunda Selna Susanti, S.Pd.I semoga amal ibadah beliau diterima disisiNYA. |
posted by HMI CABANG PADANG @ 08.39 |
|
|
|
|